Ini adalah tulisan seorang aktivis media sosial yang tulisan-tulisannya kerap viral dan menghebohkan jagat digital. Beliau adalah almarhum Sahat Siagian. Sila baca pengalamannya yang sangat menyentak batin terdalam kita, terkhusus saya, karena ternyata, di dalamnya ada kisah terkait dengan aktivitas saya.

Sebelumnya saya harus menyampaikan disclaimer terlebih dahulu, bahwa hipnoterapi formal, tidak bisa dijadikan treatment utama untuk mengatasi penyakit medis seperti Lupus. Aplikasi hipnoterapi formal terhadap problem penyakit fisik/medis, lebih sebagai pendukung alternatif, untuk membantu mempercepat pemulihan. Apa yang saya lakukan dalam kisah di tulisan ini adalah kasus spesial sebagai upaya informal saya, dengan prinsip try it to every things.
Selamat membaca kisah yang menggetarkan ini.

Suatu hari di semester pertama berkuliah di Depok, Talita Luna Siagian berhenti di depan baliho besar yang memampangkan foto diri sejumlah mahasiswa yang jadi delegasi UI ke ajang Harvard National Model United Nations di Boston. Dia berkata kepada Muna yang mengantarnya: “Imma, suatu saat fotoku akan terpampang di baliho itu.”

Ketika Lupus Mematahkan Sebuah Perjalanan

Sejak duduk di bangku SMAN 8, Talita memang kerap jadi best delegate untuk lomba-lomba serupa di tingkat DKI maupun nasional. Para peserta memberi dia julukan, “MUN bitch” dan berusaha menghindar dari ‘kecelakaan’ berada dalam satu panel dengannya.

Tak heran jika di tahun pertama itu juga dia sudah terpilih sebagai delegasi UI ke ajang AMUNC (Asia Model United Nations Competition). Sayang, di tengah masa persiapan, dia diserang penyakit mengerikan: lupus, sehingga tak bisa melanjutkan perjalanan.

Berbulan-bulan dia disiksa: meringis ketika kulitnya terpapar sinar matahari, nyeri di bagian jantung, ngilu di seluruh persendian, dan, pada puncaknya, mengalami kesulitan bernapas. Sebagai ayah, saya dicekam ketakutan luar biasa karena tak berdaya melihat seluruh symptoms tersebut menggerogotinya.

Tapi dia punya ibu yang tangguh, yang siap menerjang badai paling bergelora sekalipun untuk menjaga anak-anaknya. Ketika semua siksa itu merampas ketenangan dan sukacita kemudaan sang puteri, ketika Talita meraung dalam tangis yang memilukan, Muna mendekap, melaburinya dengan minyak dan memijat sekujur tubuhnya. Pasti itu tak berfaedah apapun dalam menyembuhkan lupus, tapi lebih dari cukup untuk menyelimuti jiwa Talita dengan damai surgawi.

Berdamai dengan Diri

Muna bersua dengan juniornya di FIB UI, Asep Herna, yang bergiat sebagai terapis hipnosis. Kekasih saya itu memang bersikap sangat terbuka dengan milyaran kemungkinan di jagad raya. Dia melongok pustaka, mempelajari seluk-beluk hipnosis, sebelum memberi persetujuan kepada Asep melayankan terapi kepada Talita.

Beberapa sesi diberikan. Asep sampai pada kesimpulan yang mengejutkan: Talita memendam amarah di alam bawah sadar terhadap peristiwa masa lalu. Lalu muncullah nama-nama, sebagian adalah teman-temannya di bangku SD dan SMP. Talita ternyata korban perisakan (bullying) di masa kecil. Rasa sakit dan kemarahan yang timbul tak pamit pergi melainkan berdiam nyaman bertahun-tahun di tempat paling dalam di alam bawah sadarnya.

Bisa jadi, kata Asep, pembiaran kepada rasa sakit itu memberi sugesti kepada sistem pertahanan tubuh Talita untuk menyerang diri sendiri alih-alih bertarung dengan anasir jahat dari luar.

Dengan cara yang unik Asep menuntun Talita berdamai dengan masa lalu. Ditambah dengan praktik self-hypnosis setiap pagi bangun tidur, Talita berangsur-angsur pulih. Itu keajaiban tingkat dewa. Setahun kemudian dia sembuh total.

Siapapun bisa mempelajari Hipnoterapi dan memiliki Hypnotic Power seperti ini.

Menjadi Delegasi di Hardvard MUNC

Butuh waktu dua tahun sebelum dia berani bertarung lagi dalam babak seleksi untuk memilih delegasi UI ke ajang Harvard MUNC 2016. Bulan Nopember kemarin, setelah dinobatkan sebagai best delegate di Jogja MUNC yang diselenggarakan UGM dan diikuti para peserta dari belasan negara, Talita terpilih sebagai 1 dari 11 anggota delegasi UI.

Dia akan berada di historic general assembly bersama 159 delegasi dari berbagai negara, menyidangkan persoalan Rhodesia dan Kampuchea yang memang dikenang sebagai sidang majelis umum PBB paling bersejarah. Dan dari hasil undian, Talita ditetapkan menjadi utusan negara Saudi Arabia. Saya tidak tahu pakaian apa yang bakal dia kenakan di sana. Yang pasti Ompung Borunya telah menyiapkan kebaya indah untuknya.

Ucapan profetik 4 tahun lalu di depan baliho raksasa itu siap maujud. Selama tiga pekan foto ini akan terpampang di tempat yang sama mulai tanggal 3 Pebruari untuk mengiring keberangkatan 11 mahasiswa terpilih ke Boston.

Akhirnya, ijinkan saya berucap kepada Asep Herna: “keponakanmu itu segera terbang untuk mengusung Indonesia ke kancah pertarungan global. Aku tahu dadamu penuh oleh ledak kebanggaan yang berlimpah-ruah. Nikmatilah!”

***

Catatan:

Sumber asli tulisan Sahat Siagian ini ada di link Facebook ini: https://www.facebook.com/share/p/TGL21pXezFoeoTGY/

Bila ingin mempelajari Hipnoterapi lebih mendalam lagi, silakan lihat detailnya di sini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *